KATA
PENGANTAR
Kami
panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan
makalah ini dalam waktu yang telah ditentukan. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas Sejarah tentang Pendidikan Islam Masa Abbasiyah
Pada
kesempatan ini kelompok kami ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini. Untuk itu perkenankanlah
kelompok kami menyampaikan terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang telah meridhoi pembuatan makalah ini
2.
Guru Sejarah
3.
Seluruh pihak yang tidak dapat kelompok
kami sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan penulisan
makalah ini
Kelompok
kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kritik
dan saran yang membangun dalam perbaikan karya tulis ini sangat kelompok kami
harapkan.
Trenggalek,
6 Februari 2014
Penyusun
Bab
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Berkembangnya
pendidikan Islam erat kaitannya dengan sejarah Islam, karena proses pendidikan
Islam telah berlangsung sepanjang sejarah Islam, dan berkembang sejalan dengan
perkembangan sosial budaya umat Islam. Melalui sejarah Islam
pula, umat Islam bisa meniru pola pendidikan Islam pada masa lalu, sejak
periode Nabi Muhammad SAW, sahabat dan ulama’ setelahnya. Para ahli sejarah
menyebut bahwa sebelum muncul sekolah dan universitas, sebagai lembaga
pendidikan formal, dalam dunia Islam sesungguhnya sudah berkembang
lembaga-lembaga pendidikan Islam non formal, diantaranya adalah masjid.
Sejarah
pendidikan Islam erat kaitannya dengan sejarah Islam, karena proses pendidikan
Islam sejatinya telah berlangsung sepanjang sejarah Islam, dan berkembang
sejalan dengan perkembangan sosial budaya umat Islam itu sendiri. Melalui
sejarah Islam pula, umat Islam bisa meneladani model-model pendidikan Islam di
masa lalu, sejak periode Nabi Muhammad SAW, sahabat dan
ulama-ulama sesudahnya. Para ahli sejarah menyebut bahwa sebelum muncul sekolah
dan universitas, sebagai lembaga pendidikan formal, dalam dunia Islam
sesungguhnya sudah berkembang lembaga-lembaga pendidikan Islam non formal,
diantaranya adalah masjid.
Pada
masa Nabi, masjid bukan hanya sebagai sarana ibadah, tapi juga sebagai tempat
menyiarkan ilmu pengetahuan pada anak-anak dan orang-orang dewasa, disamping
sebagai tempat peradilan, tempat berkumpulnya tentara dan tempat menerima
duta-duta asing.Bahkan di masa Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyah, masjid
yang didirikan oleh penguasa umumnya dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas
pendidikan seperti tempat belajar, ruang perpustakaan dan buku-buku dari
berbagai macam disiplin keilmuan yang berkembang pada saat itu.Sebelum al-Azhar
didirikan di Kairo, sesungguhnya sudah banyak masjid yang dipakai sebagai
tempat belajar, tentunya dengan kebijakan-kebijakan penguasa pada saat itu.
Islam
mengalami kemajuan dalam bidang pendidikan, terutama pada masa Dinasti
Abbasiyah. Pada saat itu, mayoritas umat muslim sudah bisa
membaca dan menulis dan dapat memahami isi dan kandungan al-Quran dengan baik.
Pada masa ini murid-murid di tingkat dasar mempelajari
pokok-pokok umum yang ringkas, jelas dan mudah dipahami tentang beberapa
masalah.Pendidikan di tingkat dasar ini diselenggarakan di masjid, dimana
al-Quran merupakan buku teks wajib.Pada tingkat pendidikan menengah diberikan
penjelasan-penjelasan yang lebih mendalam dan rinci terhadap materi yang sudah
diajarkan pada tingkat pendidikan dasar.Selanjutnya pada tingkat universitas
sudah diberikan spesialisasi, pendalaman dan analisa.
B. Tujuan
Karya
tulis ini bertujuan untuk :
1. Ini
bisa digunakan sebagai refrensi pebelajaran pada masa sekarang.
2. Supaya
kita dapat menghargai bagaimana Ilmu
Diperjuangkan pada masa dahulu .
3. Kita
dapat mengenal tokoh terkemuka dalam ilmu pengetahuan dan dapat mencontohnya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Tujuan
Pendidikan Pada Masa Abbasiyah
Pada masa
Nabi masa khoilfah rasyidin dan umayah, tujuan pendidikan satu saja, yaitu
keagamaan semata. Mengajar dan belajar karena Allah dan mengharap keridhoan-Nya.
Namun pada masa abbasiyah tujuan pendidikan itu telah bermacam-macam karena
pengaruh masyarakat pada masa itu. Tujuan itu dapat disimpulkan sebagai
berikut:
a. Tujuan keagamaan dan akhlak
Sebagaiman pada masa sebelumnya, anak-anak dididik dan diajar membaca atau menghafal Al-Qur’an, ini merupakan suatu kewajiban dalam agama, supaya mereka mengikut ajaran agama dan berakhlak menurut agama.
b. Tujuan kemasyarakatan
Para pemuda pada masa itu belajar dan menuntut ilmu supaya mereka dapat mengubah dan memperbaiki masyarakat, dari masyarakat yang penuh dengan kejahilan menjadi masyarakat yang bersinar ilmu pengetahuan, dari masyarakat yang mundur menuju masyarakat yang maju dan makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut maka ilmu-ilmu yang diajarkan di Madrasah bukan saja ilmu agama dan Bahasa Arab, bahkan juga diajarkan ilmu duniawi yang berfaedah untuk kemajuan masyarakat.
c. Cinta akan ilmu pengetahuan
Masyarakat pada saat itu belajar tidak mengaharapkan apa-apa selain dari pada memperdalam ilmu pengetahuan. Mereka merantau ke seluruh negeri islam untuk menuntut ilmu tanpa memperdulikan susah payah dalam perjalanan yang umumnya dilakukan dengan berjalan kaki atau mengendarai keledai. Tujuan mereka tidak lain untuk memuaskan jiwanya untuk menuntut ilmu.
d. Tujuan kebendaan
Pada masa itu mereka menuntut ilmu supaya mendapatkan penghidupan yang layak dan pangkat yang tinggi, bahkan kalau memungkinkan mendapat kemegahan dan kekuasaan di dunia ini, sebagaimana tujuan sebagian orang pada masa sekarang ini
Pada masa itu mereka menuntut ilmu supaya mendapatkan penghidupan yang layak dan pangkat yang tinggi, bahkan kalau memungkinkan mendapat kemegahan dan kekuasaan di dunia ini, sebagaimana tujuan sebagian orang pada masa sekarang ini
B. Faktor-Faktor Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Faktor yang menyebabkan
pesatnya perkembangan sains dan filsafat di masa dinasti Abassiyah,
diantarannya adalah :
- 1. Kontak antara slam dan Persia menjadi jembatan perkembangan sainsdan filsafat karena secara kultural persia banyak berperan dalam pengembangan tradisi keilmuan Yunani.
- 2. Etos ke ilmuan para khalifah Abbasiyah tampak menonjol terutama pada dua khalifah terkemuka yaitu Harun Ar-rassyid dan Al-Ma’mun yang begitu mencintai Ilmu.
- 3. Peran keluarga Barmak yang sengaja dipanggil oleh khalifah untuk mendidik keluarga istana dalam hal pengembangan keilmuan.
- 4. Aktifitas penerjemahan literatur-literatur Yunani kedalam bahasa Arab demikian besar dan ini didukung oleh khalifah yang memberi imbalanyang besar terhadap para penterjemah.
- 5. Relatif tidak adanya pembukaan daerah dan pemberontakan-pemberontakan menyebabkan stabilitas negara terjamin sehingga konsentrasi pemerintah untuk memajukan aspek sosial dan intelektual menemukan peluangnya.
- 6. Adanya peradaban dan kebudayaan yang heterogen di Baghdad menimbulkan proses interaksi antara satu kebudayaan dan kebudayaan lain.
- 7. Situasi sosial baghdad yang kosmopolit dimana berbagai macam suku, ras dan etnis serta masing-masing kulturalyang berinteraksi satu sama lain, mendorong adanya pemecahan masalah dari pendekatan intelektual.
B. Tingkat-tingkat
Pengajaran
Pada
masa Abbasiyah sekolah-sekolah terdiri dari beberapa tingkat, yaitu:
·
Tingkat sekolah rendah,
namanya
Kuttab sebagai tempat belajar bagi anak-anak. Di samping Kuttab ada pula
anak-anak belajar di rumah, di istana, di took-toko dan di pinggir-pinggir
pasar. Adapun pelajaran yang diajarkan meliputi: membaca Al-Qur’an dan
menghafalnya, pokok-pokok ajaran islam, menulis, kisah orang-orang besar islam,
membaca dan menghafal syair-syair atau prosa, berhitung, dam juga pokok-pokok
nahwu shorof ala kadarnya.[2]
·
Tingkat sekolah menengah,
di
masjid dan majelis sastra dan ilmu pengetahuan sebagai sambungan pelajaran di
kuttab. Adapun pelajaran yang diajarkan melipuri: Al-Qur’an, bahasa Arab,
Fiqih, Tafsir, Hadits, Nahwu, Shorof, Balaghoh, ilmu pasti, Mantiq, Falak,
Sejarah, ilmu alam, kedokteran, dan juga music.
·
Tingkat perguruan tinggi
seperti
Baitul Hikmah di Bagdad dan Darul Ilmu di Mesir (Kairo), di masjid dan
lain-lain. Pada tingkatan ini umumnya perguruan tinggi terdiri dari dua
jurusan:
1) Jurusan ilmu-ilmu agama dan Bahasa Arab serta kesastraannya. Ibnu Khaldun menamainya ilmu itu dengan Ilmu Naqliyah. Ilmu yang diajarkan pada jurusan ini meliputi: Tafsir Al-Qur’an, Hadits, Fiqih, Nahwu, Sharaf, Balaghoh, dan juga Bahasa Arab.
2) Jurusan ilmu-ilmu hikmah (filsafat), Ibnu Khaldun menamainya dengan Ilmu Aqliyah. Ilmu yang diajarkan pada jurusan ini meliputi: Mantiq, ilmu alam dan kimia, Musik, ilmu-ilmu pasti, ilmu ukur, Falak, Ilahiyah (ketuhanan), ilmu hewan, dan juga kedokteran.
1) Jurusan ilmu-ilmu agama dan Bahasa Arab serta kesastraannya. Ibnu Khaldun menamainya ilmu itu dengan Ilmu Naqliyah. Ilmu yang diajarkan pada jurusan ini meliputi: Tafsir Al-Qur’an, Hadits, Fiqih, Nahwu, Sharaf, Balaghoh, dan juga Bahasa Arab.
2) Jurusan ilmu-ilmu hikmah (filsafat), Ibnu Khaldun menamainya dengan Ilmu Aqliyah. Ilmu yang diajarkan pada jurusan ini meliputi: Mantiq, ilmu alam dan kimia, Musik, ilmu-ilmu pasti, ilmu ukur, Falak, Ilahiyah (ketuhanan), ilmu hewan, dan juga kedokteran.
C. Lembaga-Lembaga
Pendidikan Pada Masa Bani Abbasiyah
Sebelum
timbulnya sekolah dan universitas yang kemudian dikenal sebagai lembaga
pendidikan formal, dalam dunia Islam sebenarnya telah berkembang
lembaga-lembaga pendidikan Islam yang bersifat non fomal.Lembaga-lembaga ini
berkembang terus dan bahkan bersamaan dengannya tumbuh dan berkembang
bentuk-bentuk lembaga pendidikan non formal yang semakin luas. Diantara lembaga-lembaga
pendidikan Islam yang becorak non formal tersebut adalah :
1. Suffah
Pada
masa Rasulullah SAW, suffah adalah suatu tempat yang dipakai untuk aktivitas
pendidikan biasanya tempat ini menyediakan pemondokan bagi pendatang baru dan
mereka yang tergolong miskin disini para siswa diajari membaca dan menghafal
al-qur’an secara benar dan hukum islam dibawah bimbingan langsung dari Nabi,
dalam perkembangan berikutnya, sekolah shuffah juga menawarkan pelajaran
dasar-dasar menghitung, kedokteran, astronomi, geneologi dan ilmu filsafat.
2. Kuttab atau maktab.
Kuttab
atau maktab berasal dari kata dasar yang sama, yaitu kataba yang artinya
menulis. Sedangkan kuttab atau maktab berarti tempat untuk menulis atau
tempat dimana dilangsungkan kegiatan tulis menulis.
Philip K. Hitti
mengatakan bahwa kurikulum pendidikan dikuttab ini berorientasi kepada
al-qur’an sebagai suatu tex book, hal ini mencakup pengajaran membaca dan
menulis, kaligrafi, gramatikal bahasa arab. Sejarah Nabi hadits, khususnya yang
berkaitan dengan Nabi SAW. Bahkan dalam perkembangan kuttab dibedakan menjadi
dua, yaitu kuttab yang mengajarkan pengetahuan non agama (secular learning) dan
kuttab yang mengajarkan ilmu agama (religius learning).
Dengan
adanya perubahan kurikulum tersebut dapat dikatakan bahwa kuttab pada awal
perkembangan merupakan lembaga pendidikan yang tertutup dan setelah adanya
persentuhan dengan peradaban helenisme menjadi lembaga pendidikan yang terbuka
terhadap pengetahuan umum, termasuk filsafat.
3. Halaqah.
Halaqah
artinya lingkaran. Artinya proses belajar mengajar disini dilaksanakan dimana
murid dan meringkari gurunya. Seorang guru biasanya duduk dilantai menerangkan,
membacakan karangannya, atau memberikan komentar atas karya pemikiran orang
lain. Kegiatan di halaqah ini tidak khusus untuk megajarkan atau mendiskusikan
ilmu agama, tetapi juga ilmu pengetahuan umum, termasuk filsafat.
4. Majlis.
Istilah
majlis telah dipakai dalam pendidikan sejak abad pertama islam, mulanya ia
merujuk pada arti tempat-tempat pelaksanakan belajar mengajar. Pada
perkembangan berikutnya disaat dunia pendidikan islam mengalami zaman keemasan,
majlis berarti sesi dimana aktivitas pengajaran atau berlangsung.
Seiring
dengan perkembangan pengetahuan dalam islam, majlis digunakan sebagai kegiatan
transfer ilmu pengetahuan sebagai majlis banyak ragamnya, menurut Muniruddin
Ahmad ada 7 (tujuh) macam majlis, sebagai berikut:
a. Majlis al-hadits
b. Majlis al-tadris
c. Majlis
al-manazharah
d. Majlis muzakarah
e. Majlis al-syu’ara
f. Majlis al-adab
g. Majlis al-fatwa dan
al-nazar
5. Masjid
Semenjak
berdirinya di zaman Nabi SAW, masjid telah menjadi pusat kegiatan dan informasi
berbagai masalah kaum muslimin, baik yang menyangkut pendidikan maupun sosial
ekonomi. Namun, yang lebih penting adalah sebagai lembaga pendidikan.
Perkembangan
masjid sangat signifikan dengan perkembangan yang terjadi di masyarakat,
terlebih lagi pada saat masyarakat islam mengalami kemajuan. Urgensi masyarakat
terhadap masjid menjadi semakin kompleks, hal ini menyebabkan karakteristik
masjid berkembang menjadi dua bentuk yaitu mesjid sebagai tempat sholat jum’at
atau jami dan masjis biasa.
Kurikulum
pendidikan dimasjid biasanya merupakan tumpuan pemerintah untuk memperoleh
pejabat-penjabat pemerintah, seperti, qodhi, khotib dan iman masjid.
6. Khan.
Khan
biasanya difungsikan sebagai penyimpanan barang-barang dalam jumlah besar atau
sebagai sarana komersial yang memiliki banyak toko, seperti, khan al narsi yang
berlokasi di alun-alun karkh di bagdad.
7. Ribarth.
Ribath
adalah tempat kegiatan kaum sufi yang ingin menjauhkan diri dari kehidupan
duniawi dan mengkonsentrasikan diri untuk semata-mata ibadah.
8. Rumah – Ulama.
Rumah
sebenarnya bukan temapat yang nyaman untuk kegiatan belajar mengajar, namun
para ulama dizaman klasik banyak yang mempergunakan rumahnya secara ikhlas
untuk kegiatan belajar mengajar dan pengembangan ilmu pengetahuan.
9. Toko-toko buku dan perpustakaan.
Toko-toko
buku memiliki peranan penting dalam kegiatan keilmuan islam, pada awalnya memang
hanya manjual buku-buku, tetapi berikutnya menjadi sarana untuk berdiskusi dan
berdebat, bahkan pertemuan rutin sering dirancang dan dilaksanakan disitu.
Disamping tokobuku,
perpustakan juga memilki peranan penting dalam kegiatan transfer keilmuan islam.
10. Rumah sakit.
Rumah
sakit pada zaman klasik bukan saja berfungsi sebagai tempat merawat dan
mengobati orang-orang sakit, tetapi juga mendidik tenaga-tenaga yang berhungan
dengan perawatan dan pengobatan. Pada masa itu, percabaan dalam bidang kedokteran
dan obat-oibatan dilaksanakan sehingga ilmu kedoteran dan obat-obatan cukup
pesat.
Rumah
sakit juga merupan tempat praktikum sekolah kedoteran yang didirikan diluar
rumah sakit, rumah sakit juga berfungsi sebagai lembaga pendidikan .
11. Badiah (padang pasir, dusun tempat tinggal badui)
Badiah merupakan
sumber bahasa arab yang asli dan murni, dan mereka tetap mempertahankan
keaslian dan kemurnian bahasa arab. Oleh karena itu badiah-badiah menjadi pusat
untuk pelajaran bahasa arab yang asli dan murni. Sehingga banyak anak-anak
khulifah, ulama-ulama dan para ahli ilmu pengetahuan pergi kebadiah-badiah
dalam rangka mempelajari bahasa dan kesusastraan arab. Dengan begitu
badiah-badiah telah berfungsi sebagai lembaga pendidikan
D.
Metode Pendidikan Pada Masa Abbasiyah
Dalam
proses belajar mengajar, metode pendidikan/pengajaran merupakan salah satu
aspek pendidikan/pengajaran yang sangat penting guna mentransfer pengetahuan
atau kebudayaan dari seorang guru kepada para muridnya. Melalui metode
pengajaran terjadi proses internalisasi dan pemilikan pengetahuan oleh murid
hingga murid dapat menyerap dan memahami dengan baik apa yang telah disampaikan
gurunya.
Pada
masa Dinasti abbasiyah metode pendidikan/pengajaran yang digunakan dapat
dikelompokkan menjadi tiga macam: lisan, hafalan, dan tulisan.
- a. Metode Lisan Metode lisan berupa dikte, ceramah, qira’ah dan diskusi. Metode dikte(imla’) adalah metode penyampaian pengetahuan yang dianggap baik dan aman karena dengan imla’ ini murid mempunyai catatan yang akan dapat membantunya ketika ia lupa. Metode ini dianggap penting, karena pada masa klasik buku-buku cetak seperti masa sekarang sulit dimiliki.Metode ceramah disebut juga metode as-sama’, sebab dalam metode ceramah, guru menjelaskan isi buku dengan hafalan, sedangkan murid mendengarkannya.Metode qiro’ah biasanya digunakan untuk belajar membaca sedangkan diskusi merupakan metode yang khas pada masa ini.
- b. Metode Menghafal Metode menghafal Merupakan ciri umum pendidikan pada masa ini.Murid-murid harus membaca secara berulang-ulang pelajarannya sehingga pelajaran tersebut melekat pada benak mereka, sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Hanafi, seorang murid harus membaca suatu pelajaran berulang kali sampai dia menghafalnya. Sehingga dalam proses selanjutnya murid akan mengeluarkan kembali dan mengkonstektualisasikan pelajaran yang dihafalnya sehingga dalam diskusi dan perdebatan murid dapat merespons, mematahkan lawan, atau memunculkan sesuatu yang baru.
- c. Metode Tulisan Metode tulisan dianggap metode yang paling penting pada masa ini.Metode tulisan adalah pengkopian karya-karya ulama. Dalam pengkajian buku-buku terjadi proses intelektualisasi hingga tingkat penguasaan ilmu murid semakin meningkat. Metode ini disamping berguna bagi proses penguasaan ilmu pengetahuan juga sangat penting artinya bagi penggandaan jumlah buku teks, karena pada masa ini belum ada mesin cetak, dengan pengkopian buku-buku kebutuhan terhadap teks buku sedikit teratas
a. Ilmu kedokteran Ilmu kedokteran mulai berkembang dengan pesat pada masa akhir dinasti abbasiyah I. Pada masa ini, banyak sekolah kedokteran dan rumah sakit yang didirikan. Dinasti bani abbasiyah telah banyak melahirkan dokter kenamaan, diantaranya sebagai berikut.
1) Hunain ibnu ishaq ( 804-874 M ), terkenal sebagai dokter ahli di bidang penyakit mata dan penerjemah buku-buku pengetahuan dari bahasa asing ke dalam bahasa arab.
2) Ar Razi ( 809-873 M ), terkenal sebagai dokter ahli di bidang penyakit cacat dan campak. Ia adalah dokter rumah sakit bagdad buku karangannya di bidang kedokteran berjudul al-Hawi.
3) Ibnu sina ( 980-1036 M ), karyanya yang terkenal adalah al Qannun fi al- Tibb dan dijadikan buku pedoman kedokteran bagi universitas di Eropa dan negara-negara islam.
4) Abu marwan abdul malik ibnu abil ‘ala ibnu zuhr ( 1091-1162 ), terkenal sebagai dokter ahli di bidang penyakit dalam ( internis ). Karya yang terkenal ialah at-taisir ( pemudahan perawatan ) dan al-iqtida’ yang ditulis tahun 11121 M.
5) Ibnu rusyd ( 520-595 M ), terkenal sebagai dokter perintis di bidang penelitian pembuluh darah dan penyakit cacar.
6) Abu zakaria yuhana bin maskawih, seorang ahli farmasi di rumah sakit yundishapur.
7) Sabur bin sahal, menjadi direktur rumah sakit yundishapur.
1) Abu ma’syur al falaki, karyanya yang terkanal ialah isbatul ulum dan haiatul falaq.
2) Jabir al-batany, pencipta alat teropong bintang yang pertama. Karyanya yang terkenal adalah kitabu ma’rifati matlil-buruj baina arba’il falaq.
3) Raihan al-biruny, karyanya yang terkenal adalah al-tafhim li awa’ili bina atit tanjim Ilmu pasti
Pada masa dinasti abbasiyah juga berkembang ilmu pasti dan cabang-cabangnya. Misalnya, ilmu geometri yang berfungsi untuk menerangkan sifat-sifat garis, sudut, bidang, dan ruang. Ilmu ini dapat dimanfaatkan untuk kepentingan para perancang bangunan, seperti istana, masjid, dan bangunan lainnya. Di antara tokoh ilmuwan muslim di bidang ilmu pasti yang terkenal pada masa ini adalah sebagai berikut.
1) Sabit bin qurrah al hirany ( 211-288 H ), karyanya yang terkenal ialah Hisabul Ahliyyah
2) Abdul wafa muhammad bin muhammad bin ismail bin abbas, karyanya yang terkenal ialah Ma yahtaju Ilahi Ummar wal kuttab min sinatil hisab
3) Sinan Ali Muhammad bin Hasan.
e. Ilmu filsafat Setelah kitab-kitab filsafat yunani diterjemahkan ke dalam bahasa arab pada masa pemerintahan harun ar-rasyid dan al-makmun, kaum muslimin sibuk mempelajari ilmu filsafat. Bahkan, mereka mulai menafsirkan dan mengadakan perubahan serta perbaikan sesuai dengan ajaran islam. Akhirnya lahirlah filsafat islam. Tokoh dalam ilmu filsafat islam, al kindi, al farabi, ibnu sina dan lain-lain.
f. Ilmu sejarah Dalam masa pemerintahan dinasti abbasiyah telah disusun buku-buku sejarah dalam berbagai bidang, meliputi manusia dan peristiwa.[9] Di antara para sejarawan yang terkenal pda masa itu ialah abu ismail al-azdy dengan karyanya kitab futhusy-syam a waqidy dengan karyanya kitab al-magazy, dll
g. Ilmu geografi Pada masa dinasti abbasiyah telah berkembang ilmu geografi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang permukaan bumi. Di antara ilmuwan geografi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang permukaan bumi, iklim, penduduk, flora, fauna, serta hasil yang diperoleh di bumi. Di antara ilmuwan geografi saat ituialah ibnu khardazbah dengan karyanya kitabul masalik wal mamalik, ibnul haik dengan karyanya kitabul iktim
h. Ilmu sastra Pada masa dinasti abbasiyah juga berkembang ilmu sastra, sehingga melahirkan para penyair dan pujangga yang terkenal. Di antara para penyair yang terkenal pada masa dinasti bani abbasiyah adalah abu nawas, abu atiyah, abu tamam
i. Ilmu Tafsir Perkembangan ilmu tafsir pada masa Dinasti Abbasiyah mengalami kemajuan pesat. Tafsir pada zaman ini terdiri atas tafsir bil-ma’sur (Al-Qur’an ditafsirkan dengan Al-qur’an atau hadis-hadis nabi) dan tafsir bir-ra’yi (penafsiran Al-qur’an dengan menggunakan akal pikiran). Para ahli tafsir bil-ma’sur, antara lain Jarir at-Tabary. Ibnu ‘Atiyahal-Andalus as-Suda’i (mendasarkan tafsirnya kepada Ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud). Muqat bin Sulaiman (tafsiran terpengaruh oleh kitab Taurat), Muhammad bin Isha (dalam tafsirnya banyak mengutip cerita israiliyat). Adapun para ahli tafsir bir-ra’yi, antara lain ialah Abu Bakar Asam, Abu Muslim Muhammad bin Bahr Isfahany, Ibnu Jaru al-Asady, dan Abu Yunus Abdussalam kesemuanya beraliran mu’tazilah.
j. Ilmu Hadits Pada masa ini sudah ada usaha pengodifikasian hadits sesuai kesahihannya lahir ulama-ulama’ hadits terkenal, seperti imam bukhori, muslim, at-tirmizi,abu dawud, ibnu majah, dan an-nasa’i. Dari mereka diperoleh kutubus sittah(kitab-kitab enam), yaitu sahih al-bukhori, sahih muslim, sunan at-tirmizi, sunan abu dawud, sunan ibnu majah, dan sunan an-nasa’i.
k. Ilmu Kalam Ilmu kalam lahir disebabkan dua faktor, yaitu musuh lslam ingin melumpuhkan islam dengan menggunakan filsafat dan hampir semua masalah, termasuk masalah agama telah terbakar pada pola rasa kepada pola akal dan ilmu. Diantara pelopor dan ahli ilmu kalam ialah wasil binata’, abu huza al-allaf, ad-daham, abu hasan al-asy’ari,dan imam gazali.
l. Ilmu Tasawuf Ilmu tasawuf ialah ilmu syari’at. Inti ajarannya ialah tekun beribadah dengan menyerahkan diri sepenuhnya kepada allah, meninggalkan/menjauhkan diri dari kesenangan atau perhiasan dunia dan bersembunyi diri dalam beribadah. Diantara ulama’ tasawuf masa ini adalah al-quraisy dengan karyanya yang terkenal adalah Risalatul-Quraisy dan imam al-ghazali denagn karyanya yang terkenal adalah ihya ulumuddin.
m. Ilmu Bahasa Ilmu bahasa yang berkembang ialah nahwu, saraf, bayan, badi’, dan arud. Ilmu bahasa pada masa Dinasti Abbasiyah berkembang cukup pesat karena bahasa arab yang semakin berkembang memerlukan ilmu bahasa yang menyeluruh. Kota basrahdan kufah merupakan pusat pertumbuhan dari kegiatan ilmu bahasa(ilmulugah). Diantara para ahli ilmu bahasa adalah sibawaiah, al-kisai, dan Abu Zakariyah al-farra.
n. Ilmu Fiqih Dari aspek hukum, pada periode ini juga timbul puluhan aliran atau mazhab yang menawarkan metode dan pendapat yang beragam. Ada empat mazhab besar yang bertahan di kalangan suni, yaitu hanafi, maliki, syafi’i, dan hanbali. Semula pengelompokan aliran atau mazhab fikih ini lebih berdasarkan pada kota yang menjadi pusat pengembangannya, yaitu mazhab madinah, mazhab damaskus, dan mazhab mesir. Baru pada periode abbasiyah, mazhab fikih lebih dintributkan kepada tokoh pemikir terbesarnya, yaitu imam abu hanifah (699-767 M), imam malik bin anas (715-795 M), imam muhammad idris asy-syafi’i (820), dan imam ahmad bin hanbal (855 M). Disamping itu, juga dikenal Abu Yusuf (798 M), murid imam abu hanifah, yang pernah menjabat sebagai hakim agung (qadi al-qudat), dan dawud bin khallaf (833 M) yang menjadi pelopor aliran tekstualis (Mahab Zahiri). Karya-karya ulama’ mazhab fiqih, antara lain Imam Abu Hanifah,karyanya fiqhu akbar dan al-alim wal muta’an, imam maliki, karyanya yang terkenal ialah kitab al-muwatta’, imam syafi’i karyanya yang terkrnal ialah al-umm dan usul fiqih, imam al mad bin hanbal, karyanya yang terkenal ialah al-musnad.
BAB
III
PENUTUPAN
Kesimpulan
Perkembangan Ilmu
pendidikan pada masa bani abbasyiah merupan dasar dari pendidikan sekarang
mulai dari metode pembelajaran, tingkatan pendidikan, cabang-cabang Ilmunya dan
bagaimana cara mengembangkan ilmu pengetahun dengan baik. Maka dari itu kita
harus bersyukur
Saran
Kita dapat
menggunakan sistem pendidikan bani abbasyiah yang cocok digunakan pada masa
sekarang untuk dunia pengetahuan
Daftar
Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar